Rabu, 01 Agustus 2007

Kenapa komunikasi harus mahal?

Tidak dapat ditolak, hampir semua orang Indonesia yang bisa baca dan menulis memiliki hp. Dari warga pelosok kampung hingga warga kota yang tinggal di bawah jembatan, semuanya menggunakan hp. Namun pertumbuhan ini tidak berbanding lurus dengan apa yang didapatkan pelanggan untuk menikmati komunikasi yang murah dari ukuran semua tingkat ekonomi masyarakat.

Komunikasi yang saya maksud, juga di dalamnya akses internet. Sekarang ini walaupun banyak tawaran yang berbasis GPRS, 3G, HSDPA, CDMA 2000x1, maupun CDMA-EVDO tetap saja dijual dengan paket per gega bite perbulan dengan harga kisaran RP.350.000,-. Atau dengan per kilo bite dengan harga kisaran Rp. 5,- hingga Rp.25,-, baik yang berbasis CDMA maupun GSM (GPRS). Namun kalau mau dihitung dengan perbandingan pemakaian di warnet yang cenderung punya layan cukup lambat tetap saja para operator peyelenggara belum berpihak pada pelanggan alis masih mahal.

Memang saat ini perlombaan menurunya tarif komunikasi diluar akses internet cenderung mulai turun. Namun kita perlu ingat itu pun penurunannya masih antar sesama operator. Sedangkan untuk koneksi ke operator lain tetap saja ada embel-embel "berlaku setelah menit ke 2." Yang lebih parah lagi, tawaran iklan murah tapi berlaku pada menit ke 6. Ini gimana, cara pemasaran atau menipu konsumen? Batasnya tipis sekali kawan.

Lalu ada juga yang memberi pilihan Rp. 1000, perjam namun dibantah pula dengan ikaln "survei membuktikan orang hanya butuh tiga menit untuk bicara." Betul tiga menit dan kita disuapi dengan tawaran iklan yang seolah-olah mengatakan "ayo semuanya pindah ke Rp. 49,- permenit. Tapi sekali lagi kawan itu masih sesama operator. Kalo berani, RP.49,- ke operator lain, hari ini juga saya akan pilih operator itu. Tapi kalaupun benar, kwalitas suaranya gimana juga? Terjangkaukah ke seluruh Indonesia dengan tanpa di kombo segala macem? capek deeeeeeh.

Kita menyadari, gue juga sadar antara logika bisnis operator dengan akal sehat para pelangan yang sudah jumlahnya puluhan juta untuk semua operator. Operator tetap untung sementra kita pelanggan tidak mau melakukan sedikit perlawanan. OK. Saya tidak mau menghasut atau merevolusi kemapanan para operator. Namun apa salahnya kita dikasai murah bila tidak mau digrtiskan, sebulan sekali misalnya. Atau kalau mau kita tidak berkomunikasi sehari misalnya, dengan menggalang aksi. Sebutlan namanya "Sehari Tanpa Komunikasi". Saya tidak membayangkan bila ini dilakukan oleh seluruh pemakai hp seluruh Indonesia, atau warga Indonesia yang ada di luar negeri. Oooh Seram.


Lalu gimana baiknya para pelanggan dan para operator?